Prinsip Ilmu Saraf Yang Harus Diketahui

Prinsip Ilmu Saraf Yang Harus Diketahui

Kembali pada pertengahan 1990-an ketika saya masih mahasiswa, teks inti dari kurikulum ilmu saraf saya adalah ‘Prinsip Ilmu Saraf’ oleh Eric Kandel, James Schwartz dan Thomas Jessell. Kandel memenangkan Hadiah Nobel 2000 dalam Fisiologi atau Kedokteran untuk penelitiannya tentang penyimpanan memori di neuron.

Beberapa tahun sebelum Nobelnya, Kandel menulis makalah ‘Kerangka intelektual baru untuk psikiatri’. Makalah tersebut menjelaskan bagaimana ilmu saraf dapat memberikan pandangan baru tentang kesehatan mental dan kesejahteraan.

Berdasarkan makalah Kandel, para peneliti di Yale School of Medicine mengusulkan tujuh prinsip terapi berbasis otak untuk psikiater, psikolog, dan terapis. Prinsip-prinsip tersebut telah diterjemahkan ke dalam aplikasi praktis untuk pelatih kesehatan & kebugaran, bisnis, dan kehidupan.

Artinya, interaksi dan pengalaman manusia memengaruhi cara kerja otak.

Konsep perubahan otak ini sekarang sudah mapan dalam ilmu saraf dan sering disebut sebagai neuroplastisitas. Banyak penelitian ilmu saraf mendukung gagasan bahwa otak kita tetap dapat beradaptasi (atau plastik) sepanjang umur kita.

Berikut adalah ringkasan pemikiran Kandel, Cappas dan rekannya tentang bagaimana ilmu saraf dapat diterapkan pada terapi dan pembinaan…

Tujuh prinsip ilmu saraf yang harus diketahui setiap pelatih

Tujuh prinsip ilmu saraf yang harus diketahui setiap pelatih

1. Baik nature maupun nurture menang

Baik genetika maupun lingkungan berinteraksi di otak untuk membentuk otak kita dan memengaruhi perilaku.

Terapi atau pembinaan dapat dianggap sebagai ‘alat lingkungan’ yang strategis dan bertujuan untuk memfasilitasi perubahan dan mungkin merupakan cara yang efektif untuk membentuk jalur saraf.

2. Pengalaman mengubah otak

Area otak kita yang terkait dengan emosi dan ingatan seperti korteks pre-frontal, amigdala, dan hipokampus tidak terprogram (mereka adalah ‘plastik’).

Penelitian dari situs Depoxito menyarankan kita masing-masing membangun emosi dari keragaman sumber: keadaan fisiologis kita, oleh reaksi kita terhadap lingkungan ‘luar’, pengalaman dan pembelajaran, serta budaya dan asuhan kita.

3. Kenangan itu tidak sempurna

Ingatan kita tidak pernah menjadi catatan yang sempurna tentang apa yang terjadi. Kenangan ditulis ulang setiap kali kita mengingatnya tergantung pada bagaimana, kapan dan di mana kita mengambil ingatan itu.

Misalnya, sebuah pertanyaan, foto, atau aroma tertentu dapat berinteraksi dengan sebuah memori sehingga memori tersebut dimodifikasi saat diingat.

Dengan meningkatnya pengalaman hidup kami menjalin narasi ke dalam ingatan mereka. Ingatan otobiografi yang menceritakan kisah hidup kita selalu mengalami revisi justru karena perasaan diri kita juga demikian.

Sadar atau tidak, kita menggunakan imajinasi untuk menemukan kembali masa lalu kita, dan dengannya, masa kini dan masa depan kita.

4. Emosi mendasari pembentukan memori

Kenangan dan emosi adalah proses saraf yang saling berhubungan.

Amigdala, yang berperan dalam gairah emosional, menengahi neurotransmitter yang penting untuk konsolidasi memori. Gairah emosional memiliki kapasitas untuk mengaktifkan amigdala, yang pada gilirannya memodulasi penyimpanan memori.

5. Hubungan adalah dasar untuk perubahan

Hubungan di masa kanak-kanak DAN dewasa memiliki kekuatan untuk menimbulkan perubahan positif.

Terkadang dibutuhkan cinta, perhatian, atau perhatian hanya dari satu orang untuk membantu orang lain berubah menjadi lebih baik.

Hubungan terapeutik memiliki kapasitas untuk membantu klien memodifikasi sistem saraf dan meningkatkan regulasi emosional.

6. Membayangkan dan melakukan sama dengan otak

Perumpamaan atau visualisasi mental tidak hanya mengaktifkan wilayah otak yang sama dengan perilaku sebenarnya, tetapi juga dapat mempercepat pembelajaran keterampilan baru.

Membayangkan kehidupan yang berbeda mungkin sama berhasilnya dengan perubahan seperti pengalaman yang sebenarnya.

Info lainnya : Mengapa Pemimpin Perlu Memahami Ilmu Saraf?

7. Kita tidak selalu tahu apa yang ‘dipikirkan’ oleh otak kita

Proses bawah sadar memberikan pengaruh besar pada pikiran, perasaan, dan tindakan kita.

Otak dapat memproses informasi nonverbal dan tidak sadar, dan informasi yang diproses secara tidak sadar masih dapat mempengaruhi hubungan terapeutik dan hubungan lainnya. Dimungkinkan untuk bereaksi terhadap persepsi bawah sadar tanpa secara sadar memahami reaksinya.